SELF-ESTEEM DENGAN RESILIENSI PADA PEREMPUAN KORBAN TOXIC RELATIONSHIP
DOI:
https://doi.org/10.38156/gesi.v1i1.134Abstract
Tujuan penenelitian ini untuk melihat bagaimana hubungan self-esteem dengan resiliensi pada perempuan korban toxic relationship. Self-esteem merupakan salah satu cara pembentukan konsep diri yang akan memiliki pengaruh yang luas terhadap sikap dan perilaku seseorang. Self-esteem merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang tersusun secara hierarkis meski pemenuhannya tidak harus mutlak secara hierarkis. Dalam memenuhi hierarkis harga diri, terdapat kategori kebutuhan yang haru dimiliki manusia yaitu kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan penghargaan dari orang lain. Self-esteem meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, pengakuan, kemandirian dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain, meliputi penerimaan, penghargaan, perhatian serta pengakuan. Maka self-esteem dapat diartikan sebagai pelindung individu dari pengaruh sakit dan mencegah dari berbagai macam permasalahan hidup. Resiliensi bermakna suatu usaha individu untuk bangkit dari rasa keterpurukan yang dialami dalam kehidupannya, sehingga mampu untuk pulih dan berfungsi optimal dan mampu melalui kesulitan. Resiliensi menggambarkan cara individu untuk pulih dari kemunduran atau trauma, serta bagaimana individu tersebut mampu mengatasi tantangan dalam hidup. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-esteem yang diadaptasi dari skala Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang dikembangkan oleh Rosenberg (1965) dan skala resiliensi yang diadaptasi dari The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun oleh Connor dan Davidson (2003). Subjek dalam penelitian ini 64 perempuan korban toxic relationship. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan resiliensi pada perempuan korban toxic relationship Sig. (2-tailed) sebesar (0.00<0.05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-esteem pada perempuan korban toxic relationship, semakin tinggi pula resiliensinya.